Jejak Jejak Rahmat*
Serial Spiritual Healing In Haramain
Bagian 1
Namrudz bermimpi, suatu saat, kekuasaannya akan tumbang ditangan seorang anak laki-laki yang akan dilahirkan dimasa kekuasaannya.
Mimpi itu mencekam bagi seorang penguasa lalim. Dia boleh tidak takut dengan siapapun, tetapi ternyata ia sangat takut dengan mimpinya sendiri.
Lantas ia membuat keputusan kejam, anak laki-laki di tahun itu dibunuh. Demikian Imam Qurthubi menjelaskan. Mirip dengan kisah Fir’aun.
Saat itu, Azar adalah orang kepercayaan Namrudz. Ia sedang melayani Namrudz sambil membawa istrinya yang sedang hamil.
Mereka berdua melewati Baitul Ashnaam (tempat berhala-berhala).
Ajaibnya, berhala-berhala itu jatuh bertumbangan.
Azar terkejut. Entah apa yang dipikirkannya, tetapi ia segera membawa istrinya ke sebuah bukit, ia sembunyikan istrinya disana, hingga kelahiran sang anak.
Tidak hanya itu. Setelah anak itu lahir, Azar meletakkan anak kecil itu di sebuah goa kecil, tersembunyi dan ia tutup dengan batu, agar anak ini tidak dimakan binatang buas.
Hanya ia sisakan celah kecil untuk bisa melihat dan memberikan makanan untuknya.
Ia biarkan anaknya disana.
Setiap hari sang ibu menjenguk untuk menyusuinya, namun selalu ia dapati anaknya mengisap jarinya. Dari jari-jarinya keluar madu yang membuat anak ini tidak pernah kelaparan.
Ibnu Abbas juga berkata, “Ketika dilahirkan, Ibrahim diletakkan di sebuatr lubang (gua kecil) dan rezekinya diletakkan di ujung jari-jemarinya hingga diapun dapat mengisapnya.
Iya…dia lah Ibrahim kecil.
Ia lahir dalam situasi rumit. Kehadirannya disambut dengan ancaman kematian. Ia tumbuh tidak seperti anak lainnya.
Imam Qurthubi menjelaskan, saat ia berusia 1 tahun, Ibrahim nampak seperti anak usia 3 tahun.
Tidak hanya itu. Ia berpikir tidak seperti kebanyakan anak. Ia berbeda.
Pikirannya diberkahi sehingga ia benar-benar terjaga dari pengaruh buruk.
Ketika itu, (diusia 3 tahun), ia bertanya kepada Ibunya, “Siapa Tuhanku?”
Ibunya menjawab, ‘Aku’
Ibrahim bertanya lagi, ‘Siapa tuhan Ibu?’
Ibunya menjawab, ‘Ayahmu.’
Ibrahim bertanya lagi, ‘Dan siapa tuhannya Ayah?’
Ibunya menjawab, ‘Namrudz.’
Ibrahim bertanya lagi,’ Siapa tuhannya Namrudz?’
Tiba-tiba ibunya menampar Ibrahim dan ketika itu juga dia sadar bahwa inilah anak yang akan menghancurkan kekuasaan namrudz.”
Inilah cikal bakal dialog legendaris di kemudian hari, yaitu dialog antara Ibrahim dan Namrudz tentang ketuhanan.
Dialog itu akan terulang nanti saat Ibrahim berusia 15 tahun, atau 17 tahun menurut riwayat lain, kata Imam Qurthubi.
Kawan… apakah engkau melihat besarnya rahmat Alloh dalam cerita diatas?
Hmmm…
Perjalanan napak tilas hidup nabi Ibrahim, bukanlah napak tilas fisik semata, tetapi menapak-tilasi kejernihan nurani dalam mengenal Rabb-nya. Belajar berproses mengenal Alloh, melatih diri mengarahkan perhatian terbesar untuk Alloh.
Mimpi itu mungkin adalah rahmat, Alloh kabarkan apa yang akan terjadi pada Namrudz, meskipun Alloh bisa saja menghancurkannya tanpa memberitahu.
Tumbangnya berhala-berhala itu adalah rahmat.
Tergeraknya hati Azar untuk menyembunyikan istri dan anaknya adalah rahmat. Dan rizki yang didapat Ibrahim adalah rahmat.
Namun, rahmat yang lebih besar dari semua itu adalah, Ibrahim kecil ini mengerti cara mengenal Alloh dengan benar.
Sahabat sekalian…
Semua rahasia yang mengubah hidup seseorang, dan titik balik setiap orang selalu bermula dari kesadaran terhadap masalah ketuhanan
Dan inilah rahmat terbesar yang harus dicari setiap orang.
Orang yang keras tiba-tiba lembut, pemarah menjadi pemaaf, bakhil menjadi dermawan, penakut menjadi pemberani, lemah menjadi kuat, jahat menjadi penyayang, semua ini bermula dari mengenal Rabb-nya.
Sebesar apa kita memberikan perhatian kepada Alloh, maka sebesar itu pula perubahan yang akan kita rasakan dalam diri kita.
Bersambung…