You are currently viewing Saat membujang, malas mencari nafkah

Saat membujang, malas mencari nafkah

Saat membujang, malas mencari nafkah, konsekuensi akan dirasakannya seorang diri. Tetapi setelah menikah, anak, istri dan keluarga jadi taruhan._

_Saat membujang, enggan menyelesaikan masalah, tak ada yang merasakan resikonya selain dirinya sendiri. Tetapi setelah menikah, semua orang disekitarnya ikut terkena dampaknya._

_Saat bujang, kita sibuk dengan diri urusan kita sendiri sepanjang waktu, tidak masalah. Tetapi setelah menikah, bisa jadi sumber masalah._

Nah, begitu pula seorang wanita, ia punya peran-peran sebagaimana suami, sesuai dengan kodratnya.

Tetapi sama saja, semua peran itu ada resikonya, baik untuk dirinya sendiri atau terhadap orang disekitarnya.

Sahabat sekalian,..

Ini adalah konsekuensi dari peran.

Peran itu menuntut kita memperjuangkannya meskipun tidak mungkin untuk menjadi sempurna.

_Yang dituntut sesungguhnya bukanlah kesempurnaan, tetapi kesungguhan._

_Hati yang sesuai fitrah itu hanya ingin melihat kesungguhan bukan kesempurnaan._

_Dan, yang pasti, kesungguhan itu bisa menutup semua ketidaksempurnaan._

Coba tanyakan pada mereka semua yang terkait hak-nya dengan kita?

Hati mereka akan luluh hatinya manakala mereka melihat kesungguhan kita, karena memang bukan kesempurnaan yang mereka minta.

Bahkan mereka pun mau berkorban untuk menutupi kekurangan kita.

Maka…

*Konsekuensi Pertama dari peran* adalah, _Kita wajib menampakkan kesungguhan dalam memperjuangkannya_

*Konsekuensi kedua dari peran* adalah, _harus ada kesadaran bahwa sesungguhnya kita saling membutuhkan._

Kita harus bersikap adil dalam menilai pasangan, dan mau melakukan “kompromi”, dan memaklumi atas kekurangannya. Masing masing pihak harus sadar diri atas ketidaksempurnaan dirinya, dan pada saat yang sama harus mau berterima kasih pada pasangan yang telah menyempurnakannya.

*Konsekuensi ketiga dari peran* adalah, _Kita Mau mengendalikan diri._

Sekali lagi, karena kita semua saling membutuhkan, dan masing-masing kita punya kelemahan.

Jadi, mengapa jarak dalam batin terjadi?

_Hampir Semua sumber konflik, dan masalah dalam rumah kita, sebenarnya adalah soal peran ini._

Rasulullah saw bersabda, “Cukuplah dosa bagi seseorang dengan dia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya.” (HR. Abu Dawud).

Baarakallohu fiikum

Tinggalkan Balasan